INFOBARU – Badai pandemic Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 melanda masyarakat dunia tanpa tahu kapan akhir penyelesaiannya. Banyak skenario maupun teori diperbincangkan, kabar miring hingga isu pun menyebar luas tak terbendung, ada yang menyatakan sebagai senjata biologis sampai terorisme biologi.
Belum ada formula yang tepat untuk mengakhirinya, jagad maya pun dihebohkan dengan berbagai macam teori yang menyebutkan bahwa wabah ini diduga kuat ulah Rockefeller Foundation. Seperti teori konspirasi yang skenarionya begitu menakutkan akan menerjang dunia modern di bawah kekuasaannya.
Terkuaknya sebuah kajian ilmiah berjudul Scenarios for the Future of Technology and International Development yang dibuat Rockefeller Foundation semakin menambah runcing akar permasalahan. Perbincangan inti dalam teori ini merupakan skenario tanpa kejelasan resmi yang akan dimainkan organisasi besar yang punya hasrat menguasai dunia dengan teknologi dan kuasa, dengan pemantik awal pandemi covid-19.
Beberapa kajian ilmiah yang dimuat sama persis dengan kejadian saat ini. Meski dalam scenario tersebut menjelaskan bahwa hal ini terjadi di tahun 2010, lanjut, dalam scenario tersebut dipilah menjadi delapan tahapan. Pertama, skenario ini menjelaskan tentang akan adanya wabah flu baru yang sangat mematikan. Kedua, dalam skenario ini dijelaskan ekonomi dan industri dunia akan mengalami kelumpuhan. Ketiga, dampaknya akan terasa pada tutupnya toko-toko dan PHK masal.
Keempat, tentang China yang merupakan negara pertama yang berhasil melakukan lockdown dan dijadikan contoh dunia. Kelima, penduduk dunia akan menggunakan masker dan pengecekan temperatur akan dilakukan di pintu-pintu masuk. Kelima tahapan ini seolah yang terjadi di dunia hari ini dan kian menguatkan keyakinan keabsahan skenario Rockefeller ini.
Keenam, disimpulkan wabahnya akan hilang, namun dominasi dan kontrol secara otoriter akan tetap berlangsung. Ketujuh, dunia akan menjadi seperti sebuah tahanan dan seluruh rakyat merasa tertawan. Pada tahap kedelapan, rakyat yang sengsara akan menyerah dan merasa sukarela untuk dipasangi chip dalam tubuhnya yang nantinya akan jadi mata uang sekaligus pengontrol keseharian di bawah tangan organisasi besar ini.
Virus corona sejatinya sudah pernah mencuat sejak lama sekali dan berkembang menjadi beragam jenis virus karena modifikasi genetik. Masih ingat dalam benak kita virus yang muncul di Guangzhou, China pada 2002. Pada periode November 2002 hingga Juli 2003, Virus corona jenis ini sudah menyebabkan 774 orang meninggal. Virus ini kemudian dikenal dengan virus corona SARS.
Satu dekade kemudian, di Timur Tengah muncul virus corona MERS pada 2012, korbannya 866 meninggal dalam 3 tahun. Tiba-tiba penghujung 2019 warga dunia dikejutkan dengan virus corona asal Wuhan, China yang kemudian dinamakan Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19 oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Menariknya, bahwa Covid-19 dalam 1,5 bulan menyebabkan 3 ribu orang meninggal, berbeda dengan jenis penyebaran sepupu virus corona sebelumnya. Meski jumlah korbannya sangat besar, namun tingkat kematian Covid-19 ini paling kecil sekitar 3,4 persen. Berbeda dengan tingkat kematian virus SARS 9,6 persen, virus MERS 34,3 persen.
Mengapa tingkat kematian Covid-19 kecil padahal korbannya terbilang mencapai ribuan? Jawabannya, yakni karena Covid-19 menyebar luas nyaris di negara seluruh dunia. Beda penyebarannya dengan dua virus corona sebelumnya.
Profesor Chi-Tai Fang dari National Taiwan University menyebutkan bahwa penyebaran Covid-19 begitu pesat, seiring dengan penambahan asam amino. Dokumen eksperimen laboratorium virology virus corona pada 2017, yang disadur laman Science Direct, kunci penyebaran virus adalah asam amino.
Mutasi virus itu tak radikal, kebiasaan virus hanya mempunyai dua sama amino, berbeda dengan dengan Covid-19 yang punya empat asam amino kalau tidak ada campur tangan manusia di laboratorium. Nah pertanyaan pentingnya, apakah penambahan asam amino pada Covid-19 itu rekayasa laboratorium atau alami?
Pembuat UU Senjata Biologi di Amerika Serikat, Dr. Francis Boyle menyatakan Covid-19 adalah senjata perang biologi yang ofensif. Kemudian Departemen Kesehatan Amerika Serikat telah mengatakan pada 2003, bahwa ada indikasi virus flu dipakai untuk senjata biologi. Belum lagi Bill Gates yang sudah memperkirakan akan datang virus flu yang dahsyat pada 2015.
Belum lagi, dua bulan sebelum Covid-19 menyebar, ada simulasi Covid-19 yang dilakukan Johns Hopkins University and Medicine di New York. Dalam laporan laman Intelligencer, Covid-19 bisa menyebabkkan 65 jura warga dunia tewas.
Rockefeller
Siapa sejatinya Rockefeller? Ini adalah kisah tentang keluarga sangat kaya di Amerika. Mereka memiliki kekuasaan dan hak prerogratif (hak khusus & istimewa). Dan yang mengejutkan lagi, keluarga ini dapat menciptakan krisis- moneter International dalam waktu semalam. Gary Allen lewat buku The Rockefeller’s File yang kini kembali diterjemahkan oleh penerbit Phoenix Press dengan judul, Rockefellers “Buka-bukaan Mengenai Keluarga Illuminati Dunia dan Segala Bentuk Konspirasi Kotornya”.
Buku itu menceritakan kisah rahasia paling penting dalam sejarah. Yaitu perjalanan keluarga Rockfeller dan para sekutu mereka dalam menciptakan sebuah “Pemerintah Satu Dunia,” atau disebut One World Goverment yang menggabungkan kehebatan Kapitalisme dan Komunisme di bawah satu atap dan satu kendali mereka.
Allen juga memiliki dugaan kuat mengenai keterlibatan keluarga Rockefeller dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua, Perang Korea dan Perang Vietnam. Meski dimata orang kebanyakan perang adalah bencana, namun di mata pebisinis perang adalah bisnis jual beli uang, bisnis peralatan militer, dan juga bisnis konstruksi setelah era perang yang sangat menggiurkan.
Selain memberi dampak bagi AS, miliarder yang terkenal dengan kedermawanannya itu rupanya juga memiliki peran penting bagi arah pembangunan Indonesia saat ini. Nama David Rockefeller merupakan sosok di balik masuknya sejumlah perusahaan multinasional ke Indonesia termasuk Freeport.
.
Untu diketahui bahwa pada tahun 1870. John D. Rockefeller mendirikan Standard Oil Company Of Ohio bersama saudaranya William A. Rockefeller, dan rekan bisnisnya yakni Henry Flagler, Jabez A. Bostwick, Samuel Andrews, dan Stephen V. Harkness. Berkat kelihaian lobi dan kedekatannya dengan para politisi, Standard Oil memperoleh monopoli dalam industri minyak.
Produk Standard Oil dipasarkan ke seluruh dunia. Bagaimana pun pengaruh Rockefeller dalam bisnis minyak masih terlihat hingga saat ini. Meskipun Standard Oil pada akhirnya dipaksa bubar oleh pemerintah Amerika Serikat, toh pada kenyataannya anak perusahaan Standard Oil masih berdiri tegak hingga saat ini, seperti Exxon, Conoco Phillips dan Chevron.
Di luar semua kebenaran dan ketepatan skenario ini sebagai manusia yang baik ada baiknya kita tetap berpegang teguh pada fakta dan data yang jelas. Toh semua yang termuat di dalam dan identitas resmi kajian ilmiah ini belum terbukti sama sekali kevalidan dan kebenaran rencananya. Tetap semangat, berfikir positif dan rasional akan lebih menyehatkan.(IB/1)