Politik - 4 November 2020

Ketokohan A.M. Sangadji dan Sejarah Pergerakan Nasional


Oleh

Mony Kamil
Cicit A.M. Sangadji

Masyarakat Indonesia mungkin belum seutuhnya mengenal sosok AM Sangadji salah satu Tokoh Politik Islam Perintis Kemerdekaan RI asal Maluku.

Mendarmabaktikan hidup dan kehidupannya demi memerdekakan bangsa Indonesia yang kita cintai bersama. akan tetapi bagi penggiat sejarah nama AM Sangadji teramat penting dalam kancah politik perjuangan menuju Indonesia merdeka.

Pembuktian fakta sejarah terhadap ketokohannya terekam dalam literatur di bangsa ini. tetapi sungguh ironi sampai hari ini AM Sangadji belum mendapat pengakuan dari negara terkait dengan pemikiran pun kontribusinya kepada bangsa dan negara selama hidupnya.

Nama AM Sangadji dihargai sebatas nama jalan di Indonesia dan sebuah monumen perintis kemerdekaan RI di daerah tenggarong, kutai kertanegara, kalimantan timur.

AM Sangadji hubungannya sangat dekat dengan H. O. S. Tjokroaminoto.demikian diksi yang tertulis pada bagian bawah foto AM Sangadji hal ini dapat dilihat pada halaman 10 sebuah buku berjudul ” H. O. S. Tjokroaminoto Hidup Dan Perjuangannya” oleh Amelz, jilid kedua, terbitan tahun 1951, penerbit Bulan Bintang. Dalam buku tersebut Amelz menguraikan kedekatan dua pemimpin Syarikat Islam ini bersama pemimpin -pemimpin Syarikat Islam lainnya begitu solid dalam memupuk semangat persatuan dan kesatuan bangsa meraih cita-cita kolektif yakni mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia, meski berbeda suku namun memiliki kesamaan Ideologi gerakan juang.

Kongres PSII tahun 1931 di Surabaya memutuskan, supaya program asas PSII diberi keterangan yang jelas supaya dapat mencapai suatu cita-cita dalam Ideologi PSII demi kemerdekaan Indonesia Raya, pekerjaan menyusun program asas itu sebagaimana menjadi pedoman di kalangan Syarikat Islam sekarang. diserahkan kepada Jang Oetama H. O. S. Tjokroaminoto kala itu Ketua Tjokro berumah di Jakarta, sedangkan AM Sangadji diserahi tugas membantu Ketua Tjokro dalam mengerjakan tafsir Asas tersebut.

AM Sangadji menjadi teladan dalam pengembangan Ilmu Hukum,karena di jaman muda beliau bekerja pada pemerintah kolonial Belanda di bidang Hukum, sebagai Griffer Landraad, tahun 1909 di Saparua, lalu pindah ke Ambon terus kemudian ke Surabaya. Tahun 1922 AM Sangadji melepaskan pekerjaannya pada pemerintah Hindia Belanda dan memutuskan bergabung dengan PSII pimpinan Ketua Tjokroaminoto.

Berbekal pengalaman beliau sebagai Ahli hukum, AM Sangadji mendapat kepercayaan di dalam aktivitas pergerakan perjuangan politik PSII menuju Indonesia merdeka dengan menjadi ketum tim perumus AD/ART, maupun di dalam gerakan penyadar yang dimotori H. Agus Salim, AM Sangadji, Mr. Mohammad Roem pasca ketiga Tokoh ini dipecat oleh Abikusno Tjokrosoejoso karena berbagai persoalan krusial di tubuh PSII, setelah H.O.S. Tjokroaminoto wafat.

Dengan berbekal pengetahuan imu hukum yang dimiliki beliau dan berdasarkan pengalamannya dahulu ketika bekerja pada pemerintah hindia Belanda AM Sangadji seringkali ditunjuk menjadi Pengacara mewakili rakyat pribumi saat mereka terlibat masalah hukum yang harus diselesaikan pada peradilan Hindia Belanda kala itu.

Hal demikian ini dikisahkan oleh Professor Soedjono Harjoesoediro (menantu Agus Salim) kepada penulis buku biografi AM Sangadji (Sam Habib Mony) saat bertemu langsung dan mewawancarai Professor Soedjono di kediamannya jalan Haji Agus Salim, Jakarta Pusat. menurut penuturan menantu Haji Agus Salim ini pak Sangadji itu maestro juga teladan bagi kami pemuda pergerakan di bidang hukum waktu itu. saya jaman itu baru menjadi mahasiswa tingkat pertama fakultas hukum universitas van indonesia adapun kampusnya berlokasi di daerah salemba. dalam setiap diskusi dengan pak Sangadji saya selalu dibuatnya terkesima menyimak substansi satu demi satu pemikiran hukum teori dan praktik yang beliau ajarkan.

momen diskusi seperti ini biasanya saya setelah beliau break sejenak dari rapat-rapat kebangsaan dengan mertua saya dan tokoh-tokoh pergerakan lainnya. rapat -rapat kebangsaan itu kadang digelar di rumah haji agus salim terkadang juga di rumah pak sangadji di bilangan kramat raya, jakarta pusat.

Pengakuan atas hal ini bukan saja saya, senior almarhum saya mohammad roem pun mengakui hal yang sama pak sangadji itu, adalah guru sekaligus teladan kami di bidang hukum saat saya bahkan pak roem mulai aktif menjadi mahasiswa.

Hamzah Sahal seorang penulis kolom dalam artikelnya mengatakan ‘ Saat Kiai Syaifuddin Mengisahkan Kumis AM Sangadji ‘ saya ingat satu fragmen di Madiun yang diceritakan Kiai Syaifuddin Zuhri dalam bukunya “Berangkat Dari Pesantren ” fragmen itu menceritakan seorang tokoh kemerdekaan dari Maluku yang memiliki kumis baplang. siapa lagi kalau bukan Abdoel Moethalib Sangadji atau lebih dikenal dengan nama AM Sangadji.

Pak AM Sangadji -lah ‘tulis Kiai Syaifuddin, satu-satunya pemimpin yang memelihara kumis melintang, potongan kumis yang menjadi trade mark AM Sangadji, katanya.

Kiai Syaifuddin menceritakan kumis tersebut karena pada suatu acara rapat umum partai Masyumi di alun-alun Madiun, bulan maret 1947. Syaifuddin muda menjadi pembicara dari masyumi. AM Sangadji bicara dari partai syarikat islam indonesia. dalam pidato 60 an menit. Syaifuddin menjelaskan mengapa Masyumi menolak perundingan linggarjati.

Saat berpidato, orang -orang dari Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo. salah satu tokohnya, Soemarsono, baru meninggal 8 januari 2019 di Sydney, Australia, dalam usia 97 tahun) meningkahi dengan interupsi dan teriak-teriak tapi Syaifuddin berhasil mengakhiri pidato, disambut tepuk tangan dan digendong ramai -ramai oleh Pemuda Hizbullah.

Saat AM Sangadji mendapat giliran naik panggung, teriakan -teriakan makin tak terkendali. Syaifuddin Zuhri menggambarkan AM Sangadji sebagai orang yang pandai berpidato sama seperti orang PSII lainnya Agus Salim dan Tjokroaminoto. ditambah perawakan yang tinggi, tegap, dan gerakannya cekatan, meski mendekati usia 60 tahun. suaranya lantang, tenor, dan satu identitas yang melekat : kumis baplang.

Brengosee.. brengosee.. brengosee.. teriakan itu bergelombang dan tak terkendali tokoh yang seangkatan dengan Tjokroaminoto dan Agus Salim ini tidak mengerti apa itu ‘brengoss’ karena tidak mengerti bahasa jawa. Sangadji pun menengok Syaifuddin Zuhri mengirim sinyal ketidakmengertian teriakan -teriakan pemuda Pesindo.

Kumis.. kumis..! kata Syaifuddin. Ooo.. kumis saya ini…? kata Sangadji sambil memilin-milin kedua ujung kumisnya dengan bangga. Syaifuddin merekam dengan menarik tingkah Sangadji.

Siapa yang benar-benar lekaki, mari maju kedepan satu demi satu, siapa berani tampil lebih dahulu? sinar mata Pak AM Sangadji seperti mengeluarkan api. dan serentak dengan itu, anak -anak Hizbullah dan Sabilillah mengelilingi podium tempat Pak AM Sangadji berdiri, tulis Syaifuddin. orang -orang tiba berhenti berteriak ‘mengherankan sekali, orang -orang sayap kiri tiba-tiba tak berkutik. yel-yek mereka sekonyong -konyong berhenti, seperti radio kehabisan batterai.

Untuk diketahui Prof. K. H. Syaifuddin Zuhri adalah Menteri Agama Republik Indonesia yang menjabat selama lima kali periode pemerintahan.

Buku biografi Mohammad Roem 70 tahun (Penulis Dan Diplomat yang hebat) Hidayatullah.com, yang ditulis oleh Nuim Hidayat.

Mengulas juga tentang sosok Tjokroaminoto, Agus Salim, AM Sangadji.
Bahwa kombinasi tiga orang itu yang aneh tidak terlepas dari perhatian penulis. AM Sangadji berasal dari Maluku, orang Ambon pertama yang penulis kenal. sebelumnya penulis mengira bahwa semua orang Ambon beragama Kristen. mulailah penulis tahu di Ambon banyak orang Islam. tapi orang Ambon di Jawa hampir semua beragama kristen.

Pak Sangadji seorang yang gagah perkasa. pakaian selamanya rapih, jas buka dengan dasi, celana dan sepatu. tapi tidak pernah berkepala terbuka, selamanya memakai peci. kumis melintang, dada berbulu (yang disebut akhir ini tidak kelihatan).

Muhammad Natsir, (1908-1993) adalah seorang pemikir kebangsaan yang memberikan pengaruh besar terhadap terutama pada masa awal kemerdekaan.
Ia tokoh reformis, islamis, dan nasionalis.bersama Soekarno, Mohammad Hatta, Syafrudin Prawiranegara, Mohammad Roem, Sutan Syahrir, Agus Salim, dan M. Yamin, dan para pendiri bangsa lainnya. Natsir merupakan salah satu pemikir dasar negara Indonesia.

Pengetahuan agamanya bertambah ketika dia berguru kepada ustadz Ahmad Hassan, tokoh persatuan Islam, di Bandung. kepribadian Hassan dan tokoh-tokoh lainnya yang hidup sederhana, rapi dalam bekerja, alim, dan tajam argumentasinya, serta berani mengemukakan pendapat, tampak berpengaruh terhadap kepribadian Natsir kemudian.

Natsir juga belajar dari Haji Agus Salim, HOS Tjokroaminoto, dan AM Sangadji, serta tokoh -tokoh Islam terkemuka pada waktu. beberapa diantara mereka adalah tokoh pembaharu Islam yang mengikuti pemikiran Mohammad Abduh di Mesir.

Pada bagian lain artikel Kaltimkece, 21 mei 2020, oleh : Fei GM
‘Kebangkitan Nasional di Kaltim dan Peran besar Sarekat Islam melawan Kolonialisme Belanda’

Dijelaskan bahwa, Belanda menerapkan politik diskriminasi di bidang pendidikan dan ekonomi yang merugikan pribumi di Kaltim. Para Pedagang pribumi yang jengah akan kehadiran Belanda di pelabuhan Samarinda mulai memberikan perlawanan.

Mereka mendirikan perusahaan dagang bernama Handelmaatschappij Borneo Samarinda atau HBS pada 14 November 1908.

Sarekat Islam semakin berpengaruh ketika pentolan organisasi bernama Abdoel Moethalib Sangadji datang ke Tenggarong pada tahun 1917. Sebagian anggota HBS yang bermukim di pasar pagi lantas menginisiasi pendirian sarekat Islam cabang samarinda.

Beberapa nama pendirinya adalah Ali Barack (kakek buyut Reino Barack -suami Syahrini), Anang Matarib, Abdul Manaf, dan Yusuf Arieph.
Sarekat Islam cabang samarinda dipimpin Mohammad Hassan, Ayah dari Abdoel Muis Hassan.

Organisasi menyiapkan biro pengaduan untuk pajak tinggi dan perbuatan sewenang-wenang Belanda.

Sayuti Lubis pemimpin sarekat Islam dan wartawan yang tiba di samarinda mendirikan surat kabar mingguan Persatuan.

Tiga tahun lamanya, AM Sangadji bermukim di Kaltim. kehadiran si jago tua, demikian ia dijuluki, mempertajam taji sarekat Islam di Bumi Etam. Sangadji sangat dekat dengan masyarakat samarinda dan tenggarong. Ia pun tak kenal lelah menyebarkan semangat pergerakan nasional kepada kaum muda. AM Sangadji kembali lagi ke Samarinda pada 1939, menetap sampai 1947. selama sewindu itu, Sangadji tetap menyebarkan semangat pergerakan nasional dan mencetak kader. sementara itu situasi bangsa telah meruncing menuju kemerdekaan Indonesia. Kader terbaik Sangadji di Kaltim adalah Abdoel Moeis Hassan (mantan gubernur kalimantan timur), putra dari presiden pertama sarekat Islam cabang samarinda, Mohammad Hassan. Moeis Hassan-lah, kelak melanjutkan perjuangan Sangadji pada Revolusi kemerdekaan selepas proklamasi.

Catatan sejarah lainnya terhadap ketokohan oude heer AM Sangadji diulas lagi dengan cermat oleh artikel REPUBLIKA.co.id. 10 juni 2020 ‘Oey Tjeng Hien, Soekarno, Bengkulu dan Muhammadiyah.

Oey Tjeng Hien atau Abdul karim Oey, dilahirkan pada 06 juni 1905 di Padang, Sumatera barat. perannya dalam pergerakan bangsa cukup besar. sahabat Bung Karno, dan punya jasa besar perkembangan Islam di Indonesia.

Dalam autobiografinya tokoh Islam Tionghoa dan juga merupakan Pedagang ini sering bertandang ke tanah Jawa dan bertemu dengan A. Hassan,AM Sangadji Syekh Ahmad Syurkati, M. Sabirin dan H. zamzam.

Oey mengakui syekh Ahmad Syurkati dan AM Sangadji menempati posisi khusus dihatinya, dari sinilah pemikiran dan rasa nasionalisme oey mulai terbentuk.

Apa yang kami hadirkan kehadapan pembaca yang budiman adalah semata-mata ingin mengajak generasi muda millenial melek akan sejarah bangsanya tanpa mereka Indonesia hari ini tidak akan pernah ada.

Akhirulkalam, tulisan sederhana ini adalah sebuah refleksi realitas kami akan nilai-nilai kejuangan Abdul Muthalib Sangadji (AM Sangadji) sekaligus bentuk Ikhtiar dalam mengusung jago tua ini mendapatkan gelar “PAHLAWAN NASIONAL” asal Maluku oleh Pemerintah Republik Indonesia. (*)

Beri Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top