Oleh: Faisal Marasabessy
Infobaru.co.id, Ambon – Nama sebuah Universitas merupakan salah satu aspek penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Nama itu mencerminkan identitas dan citra yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas.
Nama Universitas tidak hanya sekadar tentang arti literal dari nama tersebut, tetapi juga tentang makna yang didalamnya ada sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Abdoel Moethalib Sangadji, namanya telah melegenda dalam sejarah perjuangan bangsa, kini diabadikan menjadi nama dari Universitas Islam ternama di Maluku, IAIN Ambon yang sebentar lagi beralih status menjadi Universitas Islam Negeri Abdoel Moethalib Sangadji Ambon.
Kisah perjuangan A.M Sangadji menginspirasi kita untuk selalu memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan, serta memperjuangkan pendidikan dan pembangunan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
UIN A.M Sangadji, merupakan sebuah bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasanya di masa lampau. Dengan nama universitas ini, perjuangan, semangat, dan jasa A.M Sangadji akan selalu dikenang dan dihormati bukan hanya oleh mahasiswa, civitas akademik atau pun masyarakat Maluku tetapi seluruh masyarakat Indonesia.
Nama UIN A.M Sangadji mengandung makna keberanian dan keteguhan hati dalam memperjuangkan prinsip-prinsip yang benar dan adil. Seperti yang telah ditunjukkan oleh A.M Sangadji yang tetap teguh pada prinsip-prinsipnya meskipun mengalami penganiayaan dan perlakuan yang tidak manusiawi.
Dalam lintasan sejarah bangsa, Jago Toea begitu dijuluki A.M.Sangadji oleh pemerintah kolonial, tidak hanya berjuang pada revolusi fisik tetapi tercatat aktif dalam dunia pendidikan dimana ketika tahun 1917 di dataran Kalimantan, Tenggarong Kutai Kartanegara, A.M.Sangadji sudah terlibat aktif dalam memberikan pendidikan politik kebangsaan kepada kaum Bumiputera disana. Saat itu, beliau masih berstatus Pegawai Pamong Belanda pada Landraad Amboina, ternyata di tahun 1917 sebelumnya Abang nya Abdoullah Sangadji adalah Controleur di karesidenan Kutai Kartanegara.
Di tahun 1930 an, Jago Toea Abdul Moethalib Sangadji kembali ke Kalimantan dan berhasil mendirikan BPPR (Balai Pendidikan Pengajaran Rakyat).
Dengan nama Universitas Islam A.M Sangadji, diharapkan mahasiswa dan alumni universitas ini akan terinspirasi untuk mengikuti jejak perjuangan dan kepahlawanannya. Mereka diharapkan menjadi agen of change yang berkontribusi pada pembangunan daerah dan negara yang lebih baik, serta senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan. (*)
