Infobaru.co.id, Masohi – Anggota Komisis IV Dewan Pewakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) Djailani Tomagola meminta maaf kepada Masyarakat Maluku Tengah atas insiden yang terjadi dalam pemilihan Ketua Komisi IV pada Rabu kemarin.
Dirinya berharap semoga masyarakat tidak keliru dalam menilai dan menanggapi persoalan i
“Saya minta maaf kepada Masyarakat Maluku Tengah kalau melalui Live di Media Sosial, lalu banyak beranggapan bahwa insiden itu terjadi karena saya tidak jadi ketua, sehingga membuat kericuhan, sebenarnya itu keliru, karena saya tidak berambisi seperti itu,” ungkap kepada wartawan dalam konfrensi pers, Sabtu, (16/722), pukul 21.00 WIT di Sekretariat DPD Partai Demokrat Malteng di Jalan Abdullah Soulissa, Kelurahan Lesana Kecamatan Kota Masohi.
Tomagola mengakuai, jika kericuhan yang terjadi saat pemilihan Ketua Komisi IV pada Rabu, (13/7/22) pekan kemarin adalah bentuk melawan ketidak adilan yang dilakukan oleh politisi-politisi kotor yang bersekutu dengan oknum-oknum pejabat di Pemerintah Kabupaten Malteng terhadap dirinya.
“Saya mengakui bahwa kericuhan setelah pemilihan Ketua Komisi IV, merupakan bentuk perlawanan terhadap ketidak adilan di tubuh DPRD Malteng, karena dihianati oleh rekan-rekan anggota. Kericuhan itu bukan karena saya tidak terpilih kembali sebagai Ketua Komisi IV.” jelasnya yang didampingi Sekretaris Partai dan Ketua OKK Partai Demokrat Malteng Sahril Silawane.
Sejak awal kata Tomagola, yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Malteng, mengetahui saat kepemimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) DPRD Malteng dipilih selama dua tahun setengah.
Kendari demikian, dirinya sudah mengetahui siapa-siapa anggota yang nantinya pindah dari Komisi IV dan siapa yang nantinya masuk. Menjawab itu, dirinya sudah berkomunikasi dengan teman-teman di komisi dan juga lintas komisi hingga pimpinan partai, dan sebelum hari pemilihan masih tetap lakukan komunikasi politik.
“Sampai pada hari pemilihan Ketua Komisi IV, pagi harinya masih kita lakukan komunikasi, dan jawaban dari teman-teman anggota komisi aman saja, begitu juga dengan teman-teman pimpinan partai, dengan jawaban tetap pada posisi aman. Ada jawaban di pesan WhatsApp dan bahkan ada dalam rekaman, namun pada saat pemilihan ternyata suaranya saya sendiri, sehingga hal tersebut membuat dirinya merasa dihianati,” terangnya.
Menurutnya, kemarahan itu merupakan ekspresi kekecewaan dirinya saat itu, namun tidak ada sedikitpun rasa dendam dalam hatinya, hanya saja dirinya merasa malu akibat dari penghianatan yang telah ditujukan untuk dirinya.
“Saya menyadari, mungkin masih ada kekurangan dari harapan mereka, karena saya hanya sebagai pimpinan komisi, sementara diatasnya masih ada Pimpinan DPRD yang bisa mengambil keputusan seluruh kebijakan terkait dengan anggota yang ada di lembaga ini,” jelasnya.
Dirinya menegaskan, apa yang dilakukan itu bukan karena tidak terpilih sebagai Ketua Komisi IV lalu bikin masalah, cuma saya kesal merasa dihianati, namun itulah politik, dihadapan manis bicara baik dan di belakang lain kerja. (Ipu)
.