Infobaru.co.id, Ambon – Jelang Musda Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengurus Daerah Maluku melakukan berbagai kegiatan bakti sosial di Kota Ambon.
IJTI beserta berbagai komunitas peduli lingkungan melaksanakan berbagai kegiatan di pantai, seperti bersih pantai Desa Batu Merah dan menanam mangrove di pesisir pantai Lateri Teluk Ambon, Sabtu (18/12/2021).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyukseskan Musyawarah Daerah IJTI ke III yang rencananya akan berlangsung pada akhir Desember mendatang.
Kegiatan ini sendiri melibatakan, Komunitas Lingkungan The Mulung, Moluccas Coastal Care Community, Mahasiswa IAIN Ambon, Aparat Polresta Ambon, TNI Kodam XVI Pattimura, Kejaksaan Tinggi Maluku, serta Pemerintah dan Maysrakat.
Penanaman mangrove di Pantai Lateri disambut baik pak Martin F Haullussy salah satu direkrur pelaksana yayasan arman Ambon.
Menurutnya, penanaman mangrove di Teluk Ambon sangat penting mengingat mangrove di kawasan pantai teluk Ambon sudah punah, selain itu fungsinya juga mencegah abrasi pantai.
“Banyak fungi dan peran dari menanam mangrove, selain melestarikan sumber daya ikan juga mencegah abrasi pantai,” ungkapnya.
Anggota komisi penyuluh kehutanan nasional ini juga mengungkapkan pentingnya mangrove di Teluk Ambon, selain mencegah tekanan air, juga penghasil oksigen tertinggi.
“Pentingnya mangrove di Teluk Dalam, karena mangrove prasarana metigasi bencana, menceegah tekanan air, penghasil oksigen tertingi, serta mencegah dampak pemanasan global, untuk itu saya menghimbau kepada masyarakat untuk menjaga dan merawat mangrove,” jelas penerima Kalpataru tahun 2003.
Sementara itu, menurut Daniel D Pelasula salah satu perakayasa ahli madya di LIPI Ambon mengungkapkan, Teluk Ambon merulakan daerah tumbuhnya terumbuk karang dan mangrove sejak tahun 1980.
“Sebelumnya terumbuk karang dan mangrove sangat banyak untuk kawasan Teluk Ambon, namun perkembangan sejak tahun 1980 an,” jelasnya.
Dirinya menambahkan, hal ini juga terpengaruh kepada nelayan tradisional yang hingga kini semakin menurun, karena banyak restoran yang dibangun di pesisir Teluk Ambon.
“Kawasan pesisir Teluk Ambon tidak lagi dijadikan sebagai tempat mencari ikan oleh nelayan tradisional, karena daerah resapan air sudah dijadikan tempat tinggal dan pembanguna restoran,” kesalnya
Sebelumnya, Sekretaris IJTI Maluku Christ Belseran, menyebutkan dari data Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) Kota Ambon, mencatat volume sampah di masa pandemi Covid-19 mencapai 175 ton per hari.
Menurutnya dari data yang ada, terjadi peningkatan volume sampah di masa pandemi Covid-19 sebesar 20 ton per hari.
Sementara itu data dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI) menyebut kepadatan sampah domestik terutama sampah plastik di Teluk Ambon bagian dalam mengalami peningkatan dalam 20 tahun terakhir.
“Ada peningkatan kepadatan sampah domestik atau sampah rumah tangga, terutama sampah plastik di Teluk Ambon dalam 20 tahun terakhir,” katanya.
Dia menambahkan presentase kelimpahan sampah di delapan lokasi pantai di Teluk Ambon, terbanyak berada di Desa Poka (47,42 persen), disusul Hative (17,04 persen), Kate-Kate (11,73 persen), Waiheru (9,28 persen), Tawiri (6,9 persen), Lateri (4,34 persen), Halong (2,49 persen) dan Desa Passo (0,78 persen).
Peningkatan kepadatan sampah dan limbah mengakibatkan terjadinya ledakan alga berbahaya di Teluk Ambon. Dinamika ledakan alga jenis Pyrodinium bahamense pernah mencapai lebih dari 10 juta sel per liter.
“Non-toxic alga Gonyaulax spp pernah meledak di Teluk Ambon bagian dalam pada 2019 dan 2020,” katanya.
Terkait masalah sampah di Kota Ambon itu IJTI Maluku menginginkan adanya perubahan perilaku masyarakat untuk bisa lebih peduli sehingga masalah sampah di Kota Ambon dapat bisa ditangani secara bersama.
Ia pun berharap dengan pelaksanaan kegiatan itu masyarakat akan lebih sadar lagi untuk menjaga kelestarian lingkungan laut agar tetap bersih. (Ipu)