Oleh
Ahmad Mony
Infobaru.co.id, Ambon – Jika Menteri Nadiem Makarim meluncurkan Program Merdeka Belajar sebagai hajatan unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mempercepat transformasi pendidikan menuju era 4.0 dan masyarakat 5.0, maka perubahan di desa juga harus diletakan dalam kerangka perubahan yang sama.
Lokomotif peradaban di wilayah urban (kota) yang sibuk dengan pemanfaatan dan pengembangan teknologi digital untuk menggerakan sektor-sektor strategis, tidak boleh meninggalkan gerbong di pedesaan yang masih latah dan tertatih dengan teknologi 1.0 dan 2.0.
Kesenjangan desa-kota harus semakin diperkecil melalui lompatan inovasi pengembangan desa dan pedesaan. Beberapa pendekatan yang dilakukan seperti industrialisasi desa untuk mempercepat integrasi ekonomi desa-kota belum optimal menjawab persoalan ini.
Konsep Merdesa Belajar bisa menjadi terobosan inovasi pembangunan desa dan pedesaan. Masyarakat desa dan komunitas pedesaan diberi ruang besar untuk berinovasi dan melakukan improvisasi secara mandiri dalam mengembangkan diri, komunitas, dan potensi sumberdaya alam untuk mendukung transformasi pembangunan desa.
Untuk mempercepat transformasi dimaksud, Merdesa Belajar mengusung pendekatan kolaborasi dengan pemangku kepentingan strategis seperti pemerintah, perguruan tinggi, NGO maupun korporasi/BUMN yang memiliki agenda-agenda hijau/kesejahteraan. Kolaborasi tersebut dilakukan dengan prinsip kesetaraan, transparansi, demokrasi, dan berkeadilan. Desa dan komunitas desa tetap ditempatkan sebagai entitas sosial, ekonomi dan politik yang otonom yang mampu menata kelola pembangunan desanya secara mandiri (self governing), sementara pemangku kepentingan hadir sebagai katalisator dan fasilitator dengan ragam inovasi pengetahuan dan teknologi untuk dipraktekan di desa.
Kawasan Perdesaan Kecamatan Bengkalis di Provinsi Riau menjadi arena praktek Merdesa Belajar bagi masyarakat di 19 desa untuk mengembangkan ekonomi desa dan pedesaan di kawasan ini. Sebelumnya, beberapa komunitas telah diintervensi dengan beragam kegiatan ekonomi produktif oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan saat ini sedang dalam posisi penguatan dan pengembangan ekonomi lokal dengan hadirnya mahasiswa dari IPB University dan Universitas Riau melalui Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Kehadiran MBKM di Kecamatan Bengkalis tidak terlepas dari kolaborasi BRGM RI dan Kemdikbud RI dalam upaya mempercepat pemulihan ekosistem gambut dan mangrove di wilayah target pemulihan. Kolaborasi ini dilaksanakan melalui Program Kedaireka, yang menekankan pencapaian output pembelajaran berdasarkan arahan dari BRGM RI.
Konsep Merdesa Belajar dapat diadopsi oleh pemangku kepentingan strategis lainnya yang memiliki agenda-agenda pembangunan di desa dan pedesaan sehingga transformasi desa dan pedesaan menuju masyarakat 5.0 dan industri 4.0 dapat berjalan lancar. (*)