Featured - 25 November 2020

Dari Ruang 2 x 3 Bersama Bung Martinus Langoday

Catatan

Samad Sallatalohy, Pemimpin Redaksi Harian Spektrum

“Ade mari gabung deng kaka, katong sama-sama bangun Koran Spektrum,” begitu penggalan kalimat ajakan yang dilafadzkan Almarhum Bung Martinus Langoday, Wartawan Senior Maluku kepada saya di penghujung Tahun 2014 lalu.

Sosok Bung Martin sudah tak asing lagi bagi saya. Kami sudah saling mengenal meski belum akrab saat beliau eksis membangun Korannya sendiri yakni Harian Dewa, setelah beliau rehat dari Harian Siwalima. Saat itu saya masih Wartawan Junior di Harian Ambon Ekspres (Jawa Pos Group).

Cerita bersama beliau tentu sangat panjang lebar untuk diurai di sini. Singkatnya begini, kedekatan dan keakraban kami bertemu selanjutnya di Harian Info Baru. Koran milik pak Daud Sangadji, yang bermarkas di Galunggung Kota Ambon.

Setelah Bang Ongki Anakoda (sekarang Pemimpin Redaksi Koran Kabar Timur), hengkang dari Info Baru, kemudian Almarhum Bung Martin dipanggil (pak Daud) untuk memimpin Koran Info Baru.

Kami pun bekerja sama setiap hari. Tentu banyak cerita yang tak bisa ditulis satu per satu. Bung Martin, bagi saya secara pribadi yang telah mengenalnya cukup akrab, adalah sososk jurnalis cerdas.

Selain Jurnalis senior bagi saya, Bung Martin juga Guru, Kawan dan Kakak Terbaik. Sosoknya merendah, tidak merasa pintar. Mau mendengarkan anak buah, dalam soal kerja keprofesian (kuli tinta) ini.

Keakraban di Info Baru tak bertahan lama. Bung Martin akhirnya hijrah meninggalkan saya dan kawan kawan di Info Baru. Tentu rehatnya beliau jadi pukulan bagi saya dan kawan-kawan di Info Baru saat itu.

Seiring waktu berjalan beliau telah gabung di Koran Mingguan Spektrum Maluku (sekarang Harian Spektrum), pemiliknya Bung Levinus Kariuw. Di penghujung tahun 2014, setelah kepindahannya dari Info Baru, kurang lebih dua bulan, kemudian beliau mengajak saya untuk bergabung bersama di Koran Spektrum.

Setelah pertimbangan panjang saya pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari Koran Info Baru, dan bergabung bersama Bung Martin di Koran Spektrum. Tak lama bergabung sekitar dua bulan kemudian Koran Spektrum bertransformasi dari Mingguan menjadi Harian Spektrum.

Perdana Koran Spektrum terbit harian melalui Launching di Manise Hotel Ambon, bertepatan dengan hari kelahiran (Koran Spektrum) pada 6 Juni 2015. Gubernur Maluku saat itu, Said Assagaff yang melaunchingnya.

Sebelum Spektrum terbit perdana dari Mingguan ke Harian, suatu malam di Kantor Redaksi Koran Spektrum tepatnya ruang beliau yang berukuran kurang lebih 2 x 3 lantai 2, puncak Bogor Karang Panjang Ambon, kami berdiskusi lepas dan panjang lebar.

Tentu diskusi ini fokus. Prioritasnya menentukan Headline (berita utama), dan berita lainnya yang layak untuk diorbitkan pada momentum bersejarah bagi Crew Spektrum. Tujuan utama adalah “merangsang” khalayak untuk menjadikan koran ini sebagai referensi publik Maluku.

Saya menawarkan beberapa berita yang bisa dijadikan HL. Bung Martin pun welcome. Beliau memutuskan salah satu dari beberapa berita itu untuk di tempatkan sebagai HL. Beritanya soft. Judulnya “Ciri Paguyuban, Konflik Mudah Tersulut”.

Topik ini beliau sepakati sebagai HL, sebab fenomena saat itu ramai adanya gesekan (konflik) antar warga yang melibatkan beberapa kampung di Maluku. Peristiwa bakalae warga antar kampung itu terbilang sulit ditemui solusinya (blue print), untuk penyelesaiannya.

Topik utama itu pun disepakati Bung Martin dan disajikan untuk Launching Harian Spektrum pada 6 Juni 2015. Angle ini menurut Bung Martin sangat menarik. Sebab ada analisis akademis yang bernilai ilmiah memetakan konflik antar warga tersebut. Dan dianggap memberi solusi untuk penyelesaian konflik antar warga.

Bagi saya, Bung Martin sosok jurnalis juga pemimpin media yang cerdas dan merendah serta prinsipil. Pandangannya sangat dewasa dalam melihat problem serta psikologi publik Maluku.

Bung Martin tak mau adanya benturan antar suku, agama dan ras. Ia pecinta kedamaian. Karena itu sering dia sampaikan; jangan memberitakan masalah yang menuai masalah, sebaliknya harus memberikan jalan keluar dari setiap pemberitaan yang disuguhkan kepada khalayak.

Kebersamaan dengan beliau di Harian Spektrum hampir tiga tahun. Pada 2017 beliau mundur dari Harian Spektrum. Tentu ini menjadi pukulan berat dan cobaan bagi saya. Sebab beliau yang memanggil saya untuk bergabung, tapi kemudian pergi meninggalkan saya dan kawan-kawan di Spektrum. Meski begitu beliau tetap mendukung saya untuk memimpin koran Spektrum.

“Seng apa apa. Ade jalan saja, kaka dorong dan dukung ade di Spektrum. Jang takut kerja saja deng teman teman,” ucap Bung Martin, setelah meninggalkan Dapur Redaksi Harian Spektrum malam itu, sambil menenteng tas dan buku-bukanya.

Kepergiannya meninggalkan tanda tanya bagi saya. Karena pesannya itu, saya pun berupaya menerima keputusannya. Saya tetap mengabdi di Spektrum.

Setelah mundur dari Spektrum Bung Martin mendirikan Koran Laskar (koranlaskar.com), persahabatan kami tetap terpelihara, tak pupus. Komunikasi dan diskusi diantara kami terus berlanjut. Beliau selalu sportif dan memberi spirit. Itulah karakter Jurnalis Senior yang mendidik.

Senin 23 November 2020, kabar duka itu pun datang. Pak Pemred; Bung Martin Langoday meninggal dunia di RSUD Haulussy Ambon,” tulis Redaktur Pelaksana Harian Spektrum, Zeth Tuhumury melalui WhatsApp kepada Saya.

Antara percaya dan tidak mendengar kabar ini. Ternyata Guru dan kawan Terbaik itu telah pergi untuk selamanya. Kita punya banyak rencana, tapi yang berkehendak dan pengatur kehidupan dan kematian adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Kesedihan bagi mereka yang mengenal dan dekat dengannya adalah manusiawi. Perpisahan ini begitu cepat. Selamat Jalan Guru dan Kawan Terbaikku. Pengabdianmu bagi Maluku selalu terkenang. Bersemayamlah dengan Damai Sobat. (*)

Beri Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

To Top